Transport Selepas Lebaran

Libur lebaran bagi sebagian orang telah berlalu. Termasuk saya yang hari ini kembali harus kerja. Maka kembalilah rutinitas itu: Tunggu bis di halte.  Namun hari ini (6/10) suasananya tidak seperti Lebih dari 30 menit menunggu di halte, bus yang ditunggu tidak kunjung tiba. Maka saya pun naik angkot hingga gerbang tol Cileunyi. Di sana ternyata suasananya lebih mirip terminal. Ratusan orang harap-harap cemas menunggu angkutan. Ada yang tujuannya antar kota, seperti ke Jakarta. Tetapi ada juga yang tujuannya ke kota Bandung seperti saya.

Ternyata meski sudah menunggu 20 menit, bis yang biasanya datang tiap 10 menit itu tak kunjung tiba. Kata orang, karena bisa dan awaknya sibuk atau dialihkan menjadi angkutan Lebaran ke Jawa Tengah. Barangkali,  perkataan mereka ada benarnya, buktinya hingga 15 menit  lagi menunggu bus itu tak kunjung tampak.  Kabarnya situasi seperti ini, dimana angkutan (bus) dari pinggiran kota ke pusat kota dipakai mudik terjadi saban tahun.

Kesal sekali menghadapi situasi seperti ini. Seharusnya Pemerintah (Dinas Perhubungan) atau  perusahaan bis Damri memperhatikan keadaan tersebut. Klo begini terus, jelas pengguna setia bus tersebut  dirugikan. Seperti hari ini, ratusan penumpang terpaksa kocar-kacir mencari transportasi alternatif. Ada yang naik angkopt (yg berarti ada pengeluaran ekstra), omprengan, ojek, dan ada juga yang memilih pulang melanjutkan liburan.

Memang, sistem transportasi kita masih berantakan. Meski ada yang namanya Dinas Perhubungan, tetapi tidak pernah memperhatikan persoalan seperti ini.

Karena didorong keinginan bersilaturahmi dengan teman-teman di kantor, maka saya pun naik angkot. Setelah berganti angkot  sebanyak 4 kali, tentunya dengan ongkos hampir 5 kali ongkos biasa, saya pun tiba di kantor dengan selamat. Saya bersyukur, sekolah-sekolah dan banyak kantor masih libur, sehingga perjalanan melalui rute, Cinunuk, Cibiru, Ujungberung, dan Jalan Suci sangat lancar. Di hari biasa rute tersebut dikenal macet berat.

 

Tinggalkan komentar